Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sabtu, 30 Agustus 2008

Alumni UNS Mengungkap Korupsi Senayan

Agus Condro Prayitno sedang menjadi sorotan. Banyak politisi di Senayan yang kebakaran jenggot akibat testimoninya. Memang, kesaksian Agus juga memercik wajahnya sendiri. Tapi pengakuan Agus juga menimbulkan efek bola salju. Menggelinding dan terus membesar.
Alumnus jurusan Komunikasi Fisipol Universitas Sebelas Maret (UNS) tahun 1986 itu, tiba-tiba membuat hentakan. Dia mengaku menerima uang Rp 500 juta dari Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia, Miranda Goeltom.

Bukan Agus saja yang menerima, sejumlah anggota Komisi IX DPR RI termasuk beberapa anggota Fraksi PDIP, disebut Agus juga menerima uang hadiah karena telah memilih Miranda sebagai Deputi Gubernur Senior BI itu.
Tak ada kata terlambat. Itu mungkin falsafah yang dipakai Agus mengungkap cerita sekarang. Padahal, ia menerima uang itu hampir empat tahun lalu.

Bola yang dilempar Agus, kini memang memanas di Senayan. Tapi di tengah keluarganya, pengakuan Agus justru membuat tenang. Apalagi, keluarganya memang mengenal persis watak Agus, luar dan dalam, termasuk soal memegang prinsip.
“Biarpun kesulitan-kesulitan sering menghadang. Namun jika dirinya sudah bilang A tidak mungkin akan belok ke B,” kata istri Agus Condro, Eli Martha di Batang, Rabu (20/8).
“Saya bangga terhadap dirinya. Dia sosok seorang guru sehingga saya sering bertanya banyak hal tentang apa saja, termasuk menyangkut keberanian dirinya membeberkan kasus suap uang Rp 500 juta” kata Eli yang sudah tahu kasus itu, jauh sebelum Agus mengungkapkan ke publik.
Agus, lelaki kelahiran 29 September 1960 adalah sosok politisi PDIP yang merintis karier dari bawah. Saat masih kuliah di Kampus Kentingan Solo, dia telah aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Bahkan ia menjadi Ketua GMNI Solo periode 1983-1985.

Saat kembali ke Batang, Agus merengkuh posisi Wakil ketua DPC PDI lantas PDIP. Kiprah dan jabatan itu pula yang mengantar Agus menjadi wakil rakyat di DPR RI. Bahkan hingga dua periode.
Kini, bola panas yang ditendang Agus masih terus menggelinding. Bagi Eli Martha, keluarganya menjadi lebih tenteram dengan pengakuan itu. Tapi bagi mereka yang tersedak, ada yang berusaha menghindar, membantah bahkan menuduh fitnah. (ant/esa)


http://harianjoglosemar.com/index.php?option=com_content&task=view&id=22165&Itemid=1

Tidak ada komentar: