"Tolong sampaikan kepada Pak Prabowo, apabila beliau terpilih menjadi Presiden harus bersikap tangan besi untuk mempertahankan perusahaan milik negara," kata Kwik dalam diskusi 'Ada apa dibalik privatisasi BUMN?' di Jakarta, Rabu (18/2).
Karena pengaruh Amerika sangat besar. Ia juga berharap agar Prabowo tidak memberikan peluang kepada para oknum yang telah rela menjadi antek AS untuk melakukan privatisasi BUMN.
Ketika ditanya kesediannya untuk mendampingi Prabowo nanti, Kwik berujar siap, tapi dalam konteks sebagai penasehat. "Saya juga sadar usia, dan sampai sekarang, status saya masih anggota PDIP," tukas Kwik.
Kwik juga mengatakan bahwa semua langkah privatisasi BUMN hanya karena tekanan dari International Monetary Found (IMF). "Privatisasi itu terjadi karena ada pengendalian pihak asing maupun korupsi," ungkap Kwik.
Ia juga mengungkapkan bahwa selama ini perkembangan Pertamina sangat buruk. "Bagaimana mungkin, Petronas yang dulu belajar ke Pertamina malah lebih besar. Ini semua karena korupsi di tubuhnya," ucap Kwik.
Kwik menuturkan, negara Indonesia saat terbukti tidak menikmati apa yang harusnya menjadi haknya. "Bagaimana kuasa perusahaan asing terhadap blok-blok minyak dan bahan tambang lainnya," ujar Kwik. Ditambahkannya, bahwa rencana untuk melakukan privatisasi terhadap 34 BUMN termasuk Krakatau Steel dihentikan.
"Ini bukan karena nominalnya, tapi krakatau steel adalah industri baja satu-satunya yang dimiliki Indonesia," ucapnya.
Seorang pembicara lainnya, Amran Nasution berujar, dari hasil studi Morgan Stanley
perusahaan-perusahaan milik negara kini mengontrol investasi senilai 2,5 triliuan dollar AS.
Dalam sepuluh tahun kedepan, investasi yang dikelola oleh perusahaan milik negara atau yang biasa kapitalisme negara akan melonjak menjadi 17,5 triliun dollar AS. "Sangat aneh, ketika arus ekonomi dunia mulai bertumpu pada perusahaan milik negara, Indonesia malah mau menjual," ungkapnya.
Untuk itu katanya, pemerintah betaubat dan menghentikan niatnya yang konyol menjual BUMN. "Kalau tetap dilanjutkan, maka pemerintah ini sudah benar-benar konyol. Dengan riset ilmiah pun tidak percaya," ungkap Amran. (*/OL-02)
source: Media Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar