Selain Jeni, di Driyorejo, Gresik, satu keluarga juga terkena Parkinson pada usia relatif muda. Sang ayah memilih pensiun dini dari TNI AL pada usia 45 tahun karena penyakit ini. Ternyata, kedua putrinya juga mengidap penyakit yang sama. Bahkan, putri pertama meninggal pada usia 45 tahun, tiga tahun setelah Parkinsonnya parah.
Rata-rata serangan Parkinson terhadap keluarga di Driyorejo itu mulai terjadi sejak usia 40 tahun. “Kalau mau salaman, tangannya bergerak ke sana ke mari,” tutur tetangga penderita Parkinson ini di Surabaya, Kamis (5/2).
Namun, pasien Parkinson yang dirawat di RS rata-rata memang berusia di atas 60 tahun. Di RS Haji Surabaya pada 2007 tercatat 84 pasien dan 85 pasien pada 2008. Di RS Siloam Surabaya tercatat 33 pasien pada 2007 dan 22 pasien selama 2008. Di RS Al-Irsyad hanya 3 pasien pada 2007 dan 2 pasien pada 2008. Di RSU dr Soetomo pada 2007 tercata 130 pasien dan meningkat pada 2008 dengan 25-30 pasien per bulan.
Mengapa Parkinson menyerang usia muda? ”Rata-rata Parkinson menyerang pada usia 60 tahun, tapi pada orang bisa menyerang orang yang lebih muda bila mereka mengalami trauma otak dan yang memiliki bakat Parkinson,” tutur dr Linardi Widjaya SpS(K), dokter yang praktik di RS Siloam Surabaya, Kamis (5/2).
Linardi menjelaskan, penyebab Parkinson adalah kerusakan neuron, unit terkecil pada otak yang berperan meneruskan pesan dari otak ke syaraf sebelum pesan sampai ke anggota tubuh lainnya, atau sebaliknya. Komunikasi antarneuron terjadi dengan bantuan zat cair yang disebut neurotransmitter yang meloncat dari satu neuron ke neuron lain.
Untuk gerak motoris, jelas dr Linardi, neurotransmitter yang dipakai adalah Dopamin dan Acetyl-Cholin. Pada otak sehat, jumlah keduanya seimbang sehingga gerak motoris mulus.
Dopamin sebagian besar dibuat oleh sekelompok neuron yang disebut substantia nigra yang berada di basal ganglia (di bagian bawah atau dasar otak).”Nah, kerusakan substantia nigra inilah yang mendasari munculnya penyakit Parkinson,” jelas dr Linardi.
Gejala Parkinson
Orang dengan Parkinson mempunyai tanda bahwa substantial nigranya (bagian otak yang menghasilkan dopamin, noradrenalin, dan serotonin) rusak atau kering. Akibatnya, otak kehilangan kemampuan memproduksi bahan kimia tersebut.
Parkinson dimulai dengan gangguan kecil seperti Bradykinesia (gerak melambat), resting tremor yang khas, rigidity (otot kaku), kesulitan melangkah (gait disturbance). Namun, kadang-kadang ada yang dimulai dengan depresi (rasa susah), instabilituy (mudah jatuh). Selain itu, juga ada gejala nonmotorik seperti kemunduran intelektual secara progresif (dementia), kesulitan tidur, gelisah, dan berbagai mimpi buruk.
”Juga adanya perubahan emosi seperti penakut, mudah tersinggung, tidak percaya diri dan rasa sedih, gangguan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), serta kegelisahan seksual,” ungkap dr Linardi.
Kebanyakan orang dengan Parkinson, lanjut Linardi, tak mempunyai penyebab spesifik. Namun beberapa di antaranya dapat disebabkan karena keturunan, toksin/racun, trauma kepala, dan penyakit Parkinson drug-incuded. Untuk keturunan, sejumlah mutasi genetic yang spesifik penyebab penyakit Parkinson telah ditemukan, termasuk dalam populasi tertentu ( Contursi, Italia) dan terdapat dalam suatu kasus minoritas penyakit Parkinson.
”Seseorang yang menderita Parkinson kemungkinan mempunyai keluarga yang juga mempunyai penyakit Parkinson. Namun bagaimana pun, hal ini tidak berarti bahwa penyakit tersebut telah diteruskan secara genetik,” jelasnya.
Racun yang diduga sangat kuat dan bisa menyebabkan Parkinson adalah pestisida dan transition-series logam seperti mangan atau besi. Selain itu, Anipsychotics yang digunakan untuk penyembuhan penyakit kejiwaan dapat mempengaruhi gejala penyakit Parkinson akibat penurunan aktivitas dopaminergic.
On-Off
”Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti, membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak,” kata dr Linardi.
Dia menambahkan, penderita Parkinson dengan gejala yang sudah jelas tidak perlu dirawat di rumah sakit. “Banyak terapi yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit Parkinson,” katanya.
Selain mengonsumsi obat-obatan, sebagian besar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien akan termotivasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh di klinik terapi fisik.
Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor, dan hambatan lainnya. Tidak hanya terapi fisik, terapi suara juga dibutuhkan untuk “kekacauan suara” yang diakibatkan Parkinson, yakni dengan Lee Silverman Voice Treatment (LSVT) untuk meningkatkan volume suara. k1
source: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=afd0be2fd16b0101d8926769343c7950&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c
1 komentar:
Saya tertarik sekali soal parkinson menyerang usia muda. Kebetulan saya tengah membuat ficer soal itu. Namun sayang narasumber yang sudah oke untuk saya liput kegiatan sehari-harinya sebagi penyandang parkinson usia muda dan berprestasi tiba2 tak bisa dihubungi. Nah apakah kamu punya no kontak penyandang parkinson usia muda lainnya dan lokasinya di seputaran Jabotabek. Kabarin saya ya via sms nanti aku tlp balik.
Trims.
Dede Riani Kantor Berita Radio KBR68H Jakarta/08129047104
Posting Komentar