Film senada dengan AAC diadaptasi dari novel karya Abidah Al Khalieqy yang bercerita tentang perempuan dalam perjuangannya meraih cinta juga eksistensi.
Bagi Hanung, film ini merupakan debutnya yang ke-3 sebagai sutradara dan mengangkat novel sebagai tontonan audio visual setelah sukses yang dicapainya lewat film Jomblo dan AAC.
"Genre filmnya boleh dibilang Islami atau religius. Tapi tolong kita keluar dari masalah agama saja, karena yang kita angkat adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan serta manusia dengan manusia. Jangan lihat sisi ke-Islamannya atau apalah tapi lihatlah sisi humanismenya," ungkap Hanung saat jumpa pers di Planet Hollywood Jakarta, Senin (12/1).
Film yang dibintangi oleh Revalina S Temat, Oka Antara, Widyawati, dan Reza Rahadian ini diharapkan oleh Hanung bisa mengulang sukses seperti AAC. Setidaknya apa yang sudah diangkat dalam film PBS, bisa memberikan pelajaran bagi masyarakat tentang kehidupan dalam pondok pesantren, di mana kaum Hawa sempat mendapatkan perlakukan tak adil terhadap kaum Adam.
"Begitulah rata-rata kehidupan di dalam sebuah pesantren. Bukan bermaksud menegatifkan tapi saya mencoba mengangkat kalangan perempuan agar diperlakukan lebih adil. Tidak saja berdasarkan dalil tapi berdasarkan realitas namun tetap berlandaskan agama," terang sutradara yang menangani film Get Merried ini.
Seperti digambarkan Hanung dalam pernikahan tokoh utamanya bernama Annisa (Revalina S Temat) dan Samsudin (Reza Rahadian) yang dipaksa oleh orangtuanya demi kelangsungan hidup pesantren ayah Annisa - Kyai Ali (Leroy Oesmani).
Padahal, Annisa sebenarnya ingin melanjutkan kuliah, karena baginya perempuan bukan saja ada di dapur tapi juga bisa meraih impian yang tinggi. Lagipula, Annisa juga memiliki pria idaman, yaitu Khudori (Oka Antara). Maka, di situlah polemik yang diangkat Hanung agar menjadi pelajaran berharga bagi semua orang.
"Ya, orang menyebutnya kalau perempuan itu 'mahkluk kelas dua' dan kalangan pria banyak yang memperlakukan perempuan tak lazim," tandas Hanung.
Demi kematangan film, Hanung melakukan penulisan skenario cukup lama, sekitar lima 5 tahun. Persiapan filmnya memakan waktu tiga bulan (Juni-Agustus 2008), mulai dari penyusunan konsep, rekruitmen kru, dan penyatuan visi dan misi terhadap kumpulan berbagai kreatif yang terlibat hingga casting.
Film yang diproduksi Starvision ini menggandeng diva Malaysia Siti Nurhaliza unuk original soundtrack-nya yang menyanyikan dua lagu, Ketika Cinta ciptaan Opick dan Batasku, Asaku yang melodinya diciptakan Siti Nurhaliza. Lokasi syuting di Jakarta, Bogor, dan Jogjakarta. -ary
sumber: http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=7bee424db269e7f9c5d0a68c7a635018&jenis=b706835de79a2b4e80506f582af3676a&PHPSESSID=52ea9f273708d27018d61a8b134da4b9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar