Tak lama lagi, para penderita kanker payudara akan memiliki pilihan pengobatan baru. Uji klinis vaksin untuk mencegah kembalinya sel-sel kanker payudara akan dilakukan dalam waktu dekat.
“Setelah satu dekade mempelajari sistem imun, para peneliti mengalihkan perhatian pada pemahaman cara sejumlah molekul yang berbeda untuk bekerja sama melawan penyakit,” kata Direktur Riset Kanker Payudara di UAMS Winthrop P. Rockefeller Cancer Institute, Thomas Kiebler-Emmons seperti dilansir healthnews.com.
Vaksin ini merupakan hasil kerja para peneliti pada Program Riset di Departemen Pencegahan Kanker Payudara Amerika Serikat selama enam tahun. Penelitian ini menghabiskan biaya AS $ 2,9 juta. Hasilnya, tim peneliti sukses mengembangkan antigen peptida, tiruan antigen karbohidrat yang jumlahnya amat banyak pada sel kanker payudara.
Dengan dorongan vaksin ini, para peneliti berharap tubuh mampu memproduksi antibodi melawan peptida dalam vaksin, seperti yang dilakukan zat karbohidrat terhadap sel kanker payudara. Peptida adalah zat medium yang terbentuk dari asam amino yang mempunyai ciri khas protein, tapi tidak sama dengan protein.
Kiebler-Emmons mengaku belum menetapkan jumlah partisipan uji klinis vaksin pada beberapa bulan mendatang. Namun, dua fase pertama hanya akan melibatkan warga Arkansas. Tahap pertama akan dilakukan pada wanita penderita kanker payudara aktif dan menyebar, dan para mantan penderita yang mengalami kembali gejala kanker yang amat ditakuti wanita ini.
Selama empat hingga enam bulan, para partisipan ini akan diberi lima dosis vaksin. Pada tiga minggu pertama, mereka akan diimunisasi terus menerus. Imunisasi akan diberikan lagi pada minggu ke tujuh dan ke sembilan.
Pelaksana program, Direktur Divisi Hematologi dan Onkologi UAMS, Dr. Laura Hutchins mengatakan pengujian tahap awal ini bertujuan mencari efek samping dari vaksin. Pengujian tahap kedua diharapkan dapat dimulai empat bulan setelah kesimpulan tahap pertama keluar.
“Tahap kedua dilakukan pada mantan penderita yang sudah sembuh namun memiliki risiko kambuh tinggi,” kata Hutchins. Partisipan yang ingin ikut serta dalam uji klinis ini harus sudah menyelesaikan kemoterapi setidaknya enam bulan sebelumnya. Sekali lagi Hutchins mengingatkan bahwa vaksin ini tidak menggantikan perawatan kanker yang sudah ada, namun menghadirkan pilihan lain.
Institut Kanker Nasional menemukan setiap satu dari delapan perempuan dibayangi kanker payudara. Meski pilihan pengobatan berkembang sangat pesat beberapa dekade belakangan namun Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (PPPP) di Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat melaporkan pada 2004, sebanyak 40.954 perempuan meninggal akibat kanker ini. Pada tahun yang sama, 362 pria juga menjadi korban.
Kanker payudara terutama menyerang perempuan yang kelebihan berat badan, dan/atau sudah memasuki masa menopause. Mereka yang terbiasa minum alkohol lebih dari 56,67 gram per hari atau perokok berat juga terncam kanker ini. Di Amerika, kanker payudara merupakan jenis kanker kedua yang terbanyak ditemui pada perempuan setelah kanker kulit.
source: http://kosmo.vivanews.com/news/read/24464-temuan_baru__vaksin_kanker_payudara
Sabtu, 24 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar