Banyak dari antara kita yang mengira bahwa kita sudah siap untuk hubungan cinta, tapi gagal untuk sepenuhnya mengevaluasi apa yang cinta butuhkan dari kita. Karena kita sangat ingin menjalin hubungan khusus dan mempunyai seseorang untuk dicintai dan mencintai kita, kita yakin kita sudah benar-benar siap untuk cinta, padahal kenyataannya belu tentu seperti itu. Salah satu kriteria kesiapan cinta adalah menghormati dan menghargai keunikan pasangan Anda. Kita tidak hanya harus melihat pasangan kita secara realistis, tapi kita juga harus mengasihi dan memperhatikan kualitas-kualitas unik mereka. Kita harus belajar berlatih melakukan saran Paulus dalam Kolose 3:13.
Sayangnya, banyak orang yang bertemu dengan seseorang yang istimewa, dan lalu menyukai beberapa kualitas unik mereka, bahkan juga kelemahan mereka, hanya untuk kemudian menemukan bahwa kualitas yang sama itu selanjutnya menjadi sesuatu yang sangat mengganggu atau menyebalkan. Anda tahu urutannya: Anda bertemu seorang pria dan mengagumi ketenangannya, kekuatan dalam sikap pendiamnya. Dia mengingatkan Anda akan karakter ayah Anda yang sangat Anda hargai. Setelah waktu berjalan, sikap diamnya mulai membuat Anda tidak sabar. Sekarang Anda ingin mengguncang badannya agar dia berbicara. Ini sangat jauh dari sikap pendiam yang awalnya Anda lihat sebagai sesuatu yang menarik darinya.
Para pria, berapa banyak di antara Anda yang pertama kali tertarik pada spontanitas pasangan Anda, dan pada akhirnya merasakan bahwa spontanitasnya itu terasa mengganggu? Berapa banyak dari Anda yang menyukai caranya membelanjakan uang dengan bebas, terutama untuk Anda, hanya untuk pada akhirnya melihat itu sebagai tanda bahaya dalam kesiapannya berumah tangga karena dia enggan mengurangi sebagian anggaran belanjanya untuk pedikur dan facial, atau untuk gaun pesta.
Anda mengerti maksudnya. Terlalu sering kita lupa akan apa yang membuat kita tertarik pada pasangan kita. Terlalu sering kita sangat menyukai beberapa karakteristik seseorang pada awalnya, dan kemudian berharap bahwa kita bisa mengubah mereka. Saat kita menjadi lelah dan bosan pada suatu karakteristik, dan berusaha mengubahnya, maka kita merusak hubungan itu. Cinta yang dewasa menuntut agar kita menghargai dan menerima keunikan-keunikan yang membuat kita tertarik kepada mereka pada awalnya.
Stefani datang kepada saya untu konseling beberapa minggu lalu. Dia adalah seorang wanita yang menarik berusia 30an yang sudah menjalin hubungan dengan seorang pria selama 9 bulan. Setelah sebelumnya putus dari sebuah hubungan di masa lalu, ini adalah hubungan serius pertamanya. Pacarnya, Jerry, telah mengatakan kepada Stefani bahwa dia berniat untuk menjajaki hubungan mereka ke arah pernikahan, tapi Stefani mengatakan kepada saya bahwa ada banyak dari “keanehan-keanehan” Jerry yang mengganggunya. “Sebenarnya bukan hal yang besar,” ungkap Stefani. “Cara dia mengunyah makanannya, cara dia menyetir mobil, cara dia menata kondisi apartemennya… Awalnya saya pikir hal-hal itu manis, dan biasanya saya menggodanya tentang hal-hal itu. Tapi selanjutnya, tiba-tiba kelihatannya semua hal yang sama itu mulai mengganggu saya. Saya tidak tahu apakah saya harus membicarakan ini dengan dia atau tidak.”
“Apakah Anda mencintainya?” saya bertanya. “Apakah Anda menikmati waktu bersamanya?”
“Oh iya,” jawab Stefani cepat. “Saya tidak bisa membayangkan hidup jauh darinya. Tapi, saya tahu bahwa saya seorang perfeksionis, dan caranya membiarkan apartemennya terlihat berantakan membuat saya gila…”
“Apakah Anda sudah sering berkencan sebelum bertemu dengan Jerry? Bisakah Anda mengatakan dengan jujur bahwa dia adalah tipe pria yang Anda inginkan untuk menghabiskan sisa hidup bersama?”
“Ya, saya sudah beberapa kali berkencan sebelum bertemu dengannya. Saya mencintainya. Saya hanya tidak yakin apakah saya bisa menerima perbedaan-perbedaan kami. Saya pikir ini adalah sesuatu yang perlu saya pikirkan.”
Kenyataannya, memang itulah yang perlu Stefani lakukan. Saya memberinya beberapa saran.
Satu, membuat daftar dari hal-hal yang dihargai atau dikaguminya dari Jerry, juga daftar hal-hal yang tidak dia sukai darinya. Dia lalu perlu membandingkan kedua daftar itu. Apakah daftar pertama lebih panjang daripada daftar kedua? Itu seringkali membantu untuk mengingatkan kita tentang hal-hal positif selain beberapa hal kecil yang terasa mengganggu saat ini untuk kita.
Dua, pertimbangkanlah apakah ada kemungkinan untuk perubahan dari hal-hal yang mengganggu itu. Bisakah hal-hal di daftar kedua tadi disesuaikan, atau paling tidak didiskusikan? Apakah ada kemungkinan perubahan? Beberapa dari masalah Stefani masih bisa didiskusikan dan mungkin bisa diubah. Cara mengemudinya sebagai contoh, jika beberapa beresiko tinggo, maka ada kemungkinan untuk diubah melalui diskusi yang jujur.
Tiga, bisakah dia menerima hal-hal yang sepertinya tidak bisa berubah? Bisakah dia mengingatkan dirinya sendiri bahwa hal-hal yang awalnya dia hargai atau sukai itu masih bisa dihargai kembali? Terkadang kita mempermasalahkan hal-hal yang sebenarnya tidak penting, dan kita harus berlatih untuk meletakkan hal-hal pada perspektif yang benar.
Empat, menghormati dan menghargai keunikan pasangannya. Terkadang tindakan menghargai dan membangun pasangan kita tidak hanya bisa membuat mereka berubah menjadi lebih baik lagi, tapi itu juga membuat kita bisa menghargai mereka lebih lagi. Rasul Paulus mengatakan pada kita, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” (Efesus 4:29). Pasangan kita membutuhkan kita untuk mendorong dan membangun mereka. Dunia ini penuh dengan kritik dan hal-hal yang berusaha mengalahkan atau melemahkan. Rumah dan hubungan-hubungan kita perlu menjadi tempat dimana kita diterima dan diteguhkan.
Akhirnya, mengingat semua ini membantu Stefani meletakkan semuanya dalam perspektif yang benar. Dia ingat bahwa dia juga tidak sempurna, dan adalah sebuah tindakan yang tidak dewasa untuk mengharapkan kesempurnaan dari Jerry. Dia memutuskan untuk berbicara dengan Jerry tentang beberapa dari hal-hal yang mengganggunya dan berurusan dengan dirinya sendiri tentang hal-hal yang sebenarnya tidak penting.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda mampu melihat gambaran yang lebih besar saat mempertimbangkan tentang pasangan Anda? Apakah Anda mampu mengingat mengapa Anda jatuh cinta padanya saat pertama kali dan mampu mempertahankannya dalam pikiran Anda? Jika iya, maka mungkin Anda sudah siap untuk cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar