Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Kamis, 18 September 2008

Agar THR Tak Segera Menguap

SIAPA yang tak senang menerima uang tunjangan hari raya (THR)! Baru membayangkannya saja rasanya sudah ingin membeli ini-itu. Kendati terjadi setiap tahun, kebiasaan menghabiskan uang THR sepertinya sulit terelakkan. Padahal, setiap akhir bulan puasa Anda sebenarnya memiliki dua kali uang gaji. Satu kali gaji untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, dan satu lagi untuk membiayai keperluan khusus di hari raya. Namun, entah mengapa, sering kali godaan untuk berbelanja dan menghabiskan THR begitu besarnya.


Nah, agar tak jebol di jalan, Fauziah Arsiyanti Fauzan, SE MM DiplFp atau Zizi, perencana keuangan independen dari First Principal Financial Pte Ltd Singapore, memberikan sejumlah prinsip mengelola THR secara cerdas bersama pasangan!


Buat Daftar
Ketika baru menerima THR jangan buru-buru membelanjakannya! Buatlah perencanaan belanja secara detail. Jangan lupa, pisahkan uang gaji bulanan dengan bonus THR untuk merancang daftar anggaran belanja. Mulailah membuat anggaran pengeluaran normal, seperti belanja harian, tagihan bulanan, biaya sekolah anak, gaji pembantu, transportasi, dan lainnya. Buat sedetail mungkin sebagaimana Anda mengalokasikan pengeluaran normal bulanan. Usahakan harus tetap sehemat mungkin.

Lalu, buat anggaran khusus hari raya juga sedetail mungkin. Masukkan semua rencana pengeluaran hari raya seperti biaya transportasi mudik, oleh-oleh bagi setiap orang yang akan diberi, penganan kecil dan hidangan hari raya, uang reward anak-anak, pakaian baru, zakat, THR pembantu, dan lainnya. Masukkan dulu semua sesuai pos pengeluarannya. Dan ingat, buat sehemat mungkin!


Kalkulasi & Skala Prioritas
Setelah membuat daftar anggaran, akan terlihat bagaimana pos pengeluaran Lebaran Anda sebenarnya. Jika memang ternyata anggaran belanja lebih besar daripada pendapatan, sebaiknya perbaiki pandangan Anda terhadap uang THR. “Ingat, THR idealnya dipakai untuk membiayai tambahan pengeluaran akibat adanya hari raya,” ungkap Zizi. Dengan dasar pemikiran ini, sarannya, buat kalkulasi dengan skala prioritas. Utamakan yang benar-benar jadi tanggung jawab Anda (THR pembantu dan zakat) dan kurangi yang bukan prioritas.

Anda bisa mengurangi pos lain. Misalnya, jika ternyata biaya transportasi mudik yang direncanakan tak mencukupi, perhitungkan untuk mengganti alat transportasi. Atau, bisa mengajak orangtua berlebaran di rumah. Selain itu, Anda juga bisa memangkas biaya lain seperti biaya membeli oleh-oleh, pakaian baru, hidangan hari raya, dan lainnya. Jika ternyata budget masih belum mencukupi, utak-atik kembali anggaran Anda berdua. Siapa tahu masih bisa dikurangi.


Pos Darurat dan Uang Sisa
Terkadang, saat Lebaran ada pengeluaran ekstra di luar daftar yang sudah dibuat. Misalnya, jika tiba-tiba Anda diajak berkunjung ke rumah kerabat dan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk menyumbang uang bahan bakar atau mengajak kerabat makan di perjalanan.

Sediakan paling tidak 5-10 persen dari budget keperluan khusus hari raya untuk keperluan darurat ini. Dan, usahakan tidak terpakai untuk menambal anggaran lain. Bila semua sudah didaftar dan dikalkulasi, usahakan untuk mendapat sisa dari masing-masing pos pendapatan. Untuk pos pengeluaran normal, sisanya bisa langsung ditabung. Sedangkan sisa dari pos THR, bisa ditabung atau digunakan untuk mengurangi pokok cicilan, bila ada. Intinya, jangan membuat anggaran impas dengan pendapatan. Buat seefisien mungkin hingga didapatkan sisa uang.


Jangan Berutang!
Hal lain yang penting dicatat, hindari menanggung utang setelah hari raya lewat. Meski harus diakui, banyak pos pengeluaran yang membengkak di momen istimewa ini, jangan lantas jadi alasan Anda untuk berutang. Sebisa mungkin pengeluaran harus disesuaikan dengan modal yang ada. Jangan sampai momen Lebaran ini membuat Anda dan pasangan akhirnya jadi berhutang.

taken from: untuku.com

1 komentar:

Den Manunggal mengatakan...

Siiiip daaaaaaaaaah !!!