Setiap kesempatan bertemu dan berkunjung, wajah Soekarno selalu memancarkan tawa senyum (tak jarang mendaratkan ciuman), terutama kepada wanita yang ditemuinya. Getaran yang dipancarkannya selalu terasa, apalagi oleh wanita yang pernah jumpa dengannya. Tak perduli tua atau muda, jelata atau selebritis, cantik atau tidak. Dari Helen Keller sampai Indira Gandhi, mulai bertemu Rima Melati hingga Marilybn Monroe.
“Aku hanya seorang pecinta kecantikan yang luar biasa”, kata Soekarno menangkis cemooh orang ketika dia menemui aktris Gina Lollobrigida waktu berkunjung ke Italia bulan Oktober 1964.
Dua legenda bertemu
Bulan Mei 1956, Presiden Soekarno mengajak putranya, Guntur, melakukan kunjungan kenegaraan hampir selama tiga minggu ke AS. Mulai dari pantai timur hingga pantai barat, ia datangi tempat-tempat bersejarah dan menarik, termasuk ke Hollywood dengan liputan luas berbagai media.
Di pusat industri film dunia itu, Soekarno tak bisa menyembunyikan ambisinya untuk bertemu pujaannya: Marilyn Monroe. Saat itu aktris berambut pirang bernama asli Norma Jean Baker itu sedang berada di puncak karir.
Pertemuan Marylin dan Soekarno bisa terwujud atas jasa Joshua Logan, sutradara film “Bus Stop” yang diperani oleh Marilyn. Waktu itu dia sedang sibuk syuting ketika Soekarno berada dan bertemu sekitar 200 pekerja film di sana.
Malam hari Soekarno di Hollywood, Eric Allen Johnston, Presiden Motion Picture Association of America (MPAA) mengadakan pesta untuk menghormati Soekarno dan rombongannya di the Beverly Hills Hotel, Hollywood. Sebenarnya Marilyn tak dijadualkan datang ke pesta itu apalagi diundang. Tetapi saat syuitng film “Bus Stop” dia diajak Joshua Logan. “Saya ingin kau menemui sahabat saya nanti malam”, bujuk Logan kepada Marilyn. Tanpa ragu Marylin mengiyakan permintaan Logan. Padahal esok harinya dia akan berulang tahun ke 30 dan harus terbang malam itu juga ke New York untuk suatu acara.
Akhirnya Marilyn datang juga ke pesta yang khusus diadakan untuk menghormati Soekarno itu. Dia mengenakan gaun gelap berleher panjang. Seketika kehadirannya membuat atmosfir pesta lebih hidup. Bahkan beberapa aktor ternama sudah hadir terlebih dahulu, termasuk Gregory Peck, George Murphy (kelak menjadi senator) dan Ronald Reagan (25 tahun kemudian jadi presiden AS).
Kehadiran Marilyn benar-benar memberi oksigen dalam pesta itu, serta mencuri perhatian hampir semua orang. Soekarno segera menghampiri saat mengetahui kedatangannya. Mereka bertemu dalam suasana akrab hampir selama 45 menit. Layaknya seperti dua sahabat yang lama yang tak bertemu. Momen itu tak disia-siakan oleh para fotografer Amerika dan Indonesia.
Marilyn dengan basa-basi mengatakan bahwa dia menyesal tak diundang ke pesta itu. Namun Soekarno tak peduli dia diundang atau tidak, asalkan sudah bertemu dengannya. “Tujuan saya datang ke Amerika antara lain untuk menemuinya (Marilyn)”, kata Soekarno, sedikit diplomatis.
Kekaguman Soekarno pada Marilyn bisa dimengerti, karena seringnya Soekarno menonton film-film Hollywood di istana, sehingga dia begitu dekat mengenal selebrities Hollywood, termasuk Marilyn. “Anda seorang yang sangat penting dan sangat terkenal sekali di Indonesia”, puji Soekarno. Sebaliknya, Marilyn kurang begitu mengenal Soekarno sebelumnya, hingga dia menyapanya dengan sebutan “Pangeran Soekarno”! Entah kesan visual apa yang dibayangkan Marilyn saat berjumpa pertama kali dengannya.
Sebelum meninggalkan pesta, Marylin berpose cukup lama dengan Soekarno di depan puluhan kamera. Bahkan aktris yang menjadi penghias sampul perdana majalah khusus pria Playboy setahun sebelumnya itu, sempat membubuhkan tandatangan kepada beberapa rombongan Soekarno. Setelah itu dia berpamitan dan meninggalkan Soekarno di pesta. Itulah perjumpaan mereka pertama sekaligus yang terakhir.
Soekarno gila wanita?
Pertemuan Marilyn dengan Soekarno meninggalkan beberapa kisah menarik yang berkembang melampaui batas-batas fakta sebenarnya. Misalnya, dalam buku Goddess The Secret Life of Marilyn Monroe, yang ditulis Anthony Summers. Dalam buku itu ada bagian yang menceritakan tentang affair kedua lagenda itu, yang menurut saya sangat sulit dikonfirmasikan apalagi untuk dibenarkan.
Misalnya saja pengakuan sutradara Joseph Logan dalam buku itu. “Saya pikir mereka berdua melakukan pertemuan lanjutan setelah pesta itu”, kenang Logan yang memperkenalkan Marilyn kepada Soekarno.
Menurut saya, pengakuan Logan itu sulit dilacak dan diterima. Setelah bertemu Marilyn, Soekarno dijaga ketat oleh jadual kunjungan yang melelahkan dan padat beruntun. Setelah dari Hollywood, Soekarno terbang ke Kanada dan beberapa negara Eropa.
Ditambah lagi menurut buku Summers itu, Marilyn pernah sangat mengkhawatirkan nasib Soekarno yang kerap diganggu dan diancam kekuasaannya oleh musuh-musuh politiknya. Dan lebih lucu lagi, Marilyn melampiaskan keinginannya untuk “menyelamatkan” Soekarno dengan menawarkan sebuah rumah di AS!
Kisah-kisah yang berkembang tentang Soekarno dengan wanita-wanita cantik, lebih sebatas sebagai urban legend daripada fakta. Kesukaannya pada wanita cantik memang bukan hal baru yang sulit ditolak. Tetapi ekspresi Soekarno menuangkan kegemarannya pada wanita sampai diluar batas, sudah sampai memasuki wilayah mitos. Saya menyebutnya sebagai unclassifiable veracity (kebenaran yang sulit dibuktikan). Sosok Soekarno selalu dilihat gerak-gerik rakyatnya dengan kacamata mikroskop. Apalagi sikapnya yang serba terbuka. Sehingga bila ada kisah-kisah asmara “diluar garis susila” tidak bisa diterima dalam dalam lingkaran kebenaran.
Soekarno “kalahkan” Kennedy
Hubungan asmara Marilyn dengan beberapa pria memang menjadi komoditi berita yang tak akan habis. Hanya dua presiden yang penya ruang dalam hidup Marilyn: Presiden Soekarno dan Presiden AS John Kennedy. Kebetulan sekali ketiga orang itu berzodiak Gemini (Soekarno lahir 6 Juni 1901, Kennedy 25 Mei 1917 dan Marilyn 1 Juni 1926).
Mereka bertiga saling mengenal baik satu sama lain. Kennedy adalah sahabat Soekarno dan memiliki banyak kesamaan, terutama dalam menilai wanita. Gedung Wisma Negara disamping Istana Merdeka, adalah gedung yang dibangun khusus oleh Soekarno untuk mempersiapkan kunjungan Presiden Kennedy ke Indonesia tahun 1964. Namun tak sempat dipakai tamunya, karena Kennedy keburu tewas ditembak di Dallas akhir 1963.
Kualitas hubungan Marilyn dengan kedua presiden, memang lebih banyak disorot hubungannya dengan Jack (panggilan akrab John Kennedy). Apalagi setelah terbit buku Seymour M. Hersh tahun 1997 lalu. Buku yang berjudul The Dark Side of Camelot itu menceritakan dengan gamblang percintaan extramarital Kennedy dengan sejumlah wanita, termasuk dengan Marilyn yang pernah menyayikan lagu khusus Happy Birthday Mr. President ketika Kennedy merayakan ulang tahunnya di sebuah stadion di New York.
Tapi sebenarnya, Soekarno-lah lebih dulu mengenal dengan Marilyn dibanding Kennedy. Ketika Soekarno bertemu Marilyn di Hollywood tanggal 30 Mei 1956 malam itu, Kennedy masih seorang senator dari negara bagian Massachusetts. Ketika itu dia masih menjalani perawatan medis akibat cedera punggung yang dideritanya, waktu menolong sahabatnya secara heroik saat Perang Dunia Kedua di laut Pasifik.
Di Indonesia sendiri, kisah asmara Soekarno dengan Marilyn tidak banyak diceritakan dan memang tidak ada yang untuk diceritakan. Belum ada satu bukupun, baik saksi hidup atau sebuah ulasan yang menceritakan hubungan Soekarno dengan wanita sekaliber selebritis dunia, termasuk Marilyn Monroe. Bahkan Soeakrno sendiri tidak bercerita sama sekali dalam buku otobiografi tentang hubungan ini.
Hanya dalam buku Cyndi Adams itu, dikisahkan kesedihan Soekarno mendengar tewasnya Kennedy, sahabatnya. Namun sampai saat ini tidak pernah terdengar dan terbetik komentar Soekarno saat mengetahui kematian Marilyn akibat over dosis obat penenang.
Meski Soekarno, Kennedy dan Marylin menjadi legenda dan dikenang banyak orang, ketiga tokoh itu mengakhiri hidup mereka dengan cara yang sangat sedih. Mengenaskan!
art by: Iwan Kamah (community.kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar