Sebentar lagi lebaran tiba, dan sebelumnya sudah pasti THR yang ditunggu-tunggu dibagikan. Bahkan udah banyak di antara kita yang curi start belanja "kebutuhan lebaran" dengan cash bon atau pinjem sana pinjem sini karena takut gak kebagian moment discount lebaran. Fenomena ini tidak menjadi monopoli kaum berpunya karena kaum berkekurangan pun tak mau kalah. Dengan dalih pemenuhan "kebutuhan lebaran" mereka tak tanggung-tanggung mempertaruhkan nyawa demi uang Rp. 30.000 yang dibagikan para saudagar menjelang perayaan lebaran. Pertanyaan yang menggelitik adalah, apakah Islam mengajarkan dan menganjurkan umatnya untuk tancep gas dalam berbelanja pasca Ramadhan. Apakah Rosulullah mengajarkan gaya hidup konsumtif justru setelah sebulan penuh digembleng untuk mengendalikan diri. "TIDAK" Islam mengajarkan kesederhanaan dan pola konsumsi yang rasional. Sudah sepantasnya kita malu dengan orang barat yang katanya superkonsumtif itu. Ada yang menarik untuk kita "tahu" tentang kampanye untuk memerangi Buying-adict. Ya kampanye itu adalah “Buy Nothing day”atau terjemahan bebasnya Hari Tanpa Belanja.
Hari Tanpa Belanja atau lebih dikenal “Buy Nothing day” awal mulanya dirayakan tiap tanggal 28 November atau hari sabtu setelah perayaan thanksgiving tapi kalo di sini biasanya dirayakan pada hari sabtu pekan terakhir di bulan November. Dan sekarang ide awal tentang Buy Nothing day tersebut berkembang menjadi Buy Nothing Week. Oke berikut ini sedikit sejarah dan penjelasan Buy Nothing Day yang aku dapatkan dari berbagai sumber…
Apa Hari Tanpa Belanja itu?
Hari Tanpa Belanja adalah sebuah ide sederhana untuk bersikap lebih kritis pada budaya konsumen dengan jalan mengajak kita untuk tidak berbelanja selama sehari. Ini adalah suatu bentuk perlawanan terhadap budaya konsumerisme.
Dari mana Hari Tanpa Belanja berasal?
Hari Tanpa Belanja telah dimulai sejak 1993 oleh Adbuster—sebuah kolektif aktivis media yang berpusat di Kanada yang bertujuan meningkatkan kesadaran kritis konsumen (idenya berasal dari Ted Dave, pendiri Adbusters). Kini Hari Tanpa Belanja telah dirayakan secara internasional di lebih dari 30 negara.
Apa tujuannya?
Sebagai konsumen, kita seharusnya mempertanyakan produk-produk yang kita beli dan perusahaan-perusahaan yang membuatnya. Idenya adalah untuk membuat orang berhenti dan berpikir tentang apa dan seberapa banyak yang mereka beli telah berpengaruh pada lingkungan dan negara-negara berkembang.
Siapa yang merayakan?
Kamu, Kalian! Ini adalah perayaan kita! Beritahu teman-teman, pasanglah poster dan jangan belanja.
Mengapa ada perbedaan tanggal perayaan?
Di Amerika Serikat dan Kanada, Hari Tanpa Belanja biasanya dirayakan sehari setelah hari perayaan Thanksgiving. Namun di Indonesia, Hari Tanpa Belanja biasa dirayakan pada hari Sabtu pada minggu terakhir bulan November dan tidak menutup kemungkinan di Indonesia di adakan beberapa hari sebelum perayaan Idul Fitri, dimana pada hari itu biasanya merupakan klimaks masyarakat Indonesia mendatangi pusat-pusat perbelanjaan didaerahnya masing-masing . Begitu juga ditempat lainnya, hari dipilih berdasarkan hari yang paling memungkinkan pada saat itu orang-orang menghabiskan waktu untuk berbelanja.
Apa yang akan saya dapatkan?
Selama 24 jam atupun seminggu Kamu akan mengambil jarak dari konsumerisme dan merasa bahwa belanja itu tidak terlalu penting. Setelah itu Kamu akan mendapatkan kembali kehidupanmu. Itu adalah sebuah perubahan besar! Kami ingin Kamu membuat komitmen untuk mengurangi belanja, lebih sering mendaur-ulang, dan mendorong para produsen untuk bersikap lebih jujur dan fair. Konsumerisme modern mungkin merupakan sebuah pilihan yang tepat, tetapi tidak seharusnya berdampak buruk bagi lingkungan atau negara-negara berkembang. Satu hal yang sangat menantang tapi akan berbuah kepuasan untuk bisa mencoba hidup tanpa belanja. Ini akan menjadi sebuah prestasi dengan reward nya yaitu diambilnya kembali waktu-waktu yang biasanya Kamu pake “shopping” dengan hal-hal yang bisa kamu gunakan untuk mengembangkan potensimu. Menulis, menggambar, main musik, korespondensi, memasak, olah raga, dll.
Apakah itu berarti saya dilarang belanja?
Percayalah, sehari tanpa belanja tak akan membuat Kamu menderita. Kami ingin mendorong agar orang-orang berpikir tentang akibat-akibat dari apa yang mereka beli bagi lingkungan dan negara-negara berkembang.
Belanja? Apa salahnya?
Sebenarnya bukan hanya belanja itu sendiri yang berbahaya, tetapi juga apa yang kita beli. Ada dua wilayah yang perlu kita perhatikan, yaitu lingkungan dan kemiskinan. Negara-negara kaya di Barat (hanya 20% dari populasi dunia) mengkonsumsi lebih dari 80% sumber alam dunia, dan menyebabkan ketakseimbangan dan kerusakan lingkungan, serta kesenjangan distribusi kesejahteraan. Kita patut cemas pada cara barang-barang kita dibuat. Juga banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang menggunakan tenaga kerja di negara-negara berkembang karena murah dan tidak ada sistem perlindungan pekerja.
Bagaimana dengan lingkungan?
Bahan-bahan baku dan cara pembuatan yang digunakan untuk membuat barang-barang kita memiliki dampak buruk seperti limbah beracun, rusaknya lingkungan, dan pemborosan energi. Pengiriman barang-barang ke seluruh dunia juga menambah tingkat polusi.
Apakah satu hari akan membuat perubahan?
Hari Tanpa Belanja tidak akan mengubah gaya hidup kita hanya dalam satu hari, ia lebih merupakan sebuah pengalaman melakukan perubahan! Kami bertujuan membuat Hari Tanpa Belanja mengendap dalam ingatan setiap orang—layaknya peringatan Lebaran, Natal, atau Tujuh Belasan—agar juga berpikir tentang diri mereka sendiri, tentang keluarga terdekatnya, keluarga, teman-teman, dan masa depan.
Pikir lagi sebelum membeli! Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini sebelum berbelanja!
Apakah saya benar-benar memerlukannya?
Berapa banyak yang sudah saya punya?
Seberapa sering saya akan memakainya?
Akan habis berapa lama?
Bisakah saya meminjam saja dari teman atau keluarga?
Bisakah saya melakukannya tanpa barang ini?
Akankah saya bisa membersihkan dan/atau merakitnya sendiri?
Akankah saya bisa memperbaikinya?
Apakah barang ini berkualitas baik?
Bagaimana dengan harga? Apakah ini barang sekali pakai?
Apakah barang ini ramah lingkungan?
Dapatkah didaur-ulang?
Apakah barang ini bisa diganti dengan barang lain yang sudah saya miliki?
Info lainnya tentang Hari Tanpa Belanja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar