Warga Jl Maulana Hasanudin RT 02/02, Kelurahan Cipondoh Makmur, Tangerang pun geger. Ada yang kaget, terkagum-kagumdan banyak pula yang tidak percaya terhadap perubahan yang dialami Nia Andina. Bagi Nia sendiri, kejadian tersebut dianggap sebagai anugerah. Nia yang sejatinya wanita pada saat dilahirkan ini sehari-harinya lebih senang bermain dengan laki-laki.
Nia yang sejak kecil dia selalu mengenakan jilbab saat sekolah, selalu merasa jika berkumpul bersama lanangö alias lelaki. Empat belas tahun silam, siswa kelas 3 SMP Muhammadiyah 4 Cipondoh, itu lahir dari rahim seorang perempuan bernama Neneng Rohayatin (45), yang dibantu seorang bidan dan dukun beranak di Cirebon, Jawa Barat. Namun, saat lahir dia memiliki kemaluan layaknya anak perempuan, tanpa penis dan buah zakar.
Perubahan kelamin di tubuh Nia ini dia rasakan pada saat saat orang-orang akan berangkat shalat tarawih. Karena adanya perubahan kelamin pada dirinya, Nia bingung apakah harus bergabung dengan jamaah laki-laki atau dengan jamaah perempuan. Apakah dia harus menggunakan mukenah atau baju koko. Akhirnya Nia memutuskan tidak berangkat Shalat Tarawih.
Sukarsih, bibi Nia heran karena keponakannya tidak sembahyang tarawih. Dia pun menanyakan alasan bungsu dari pasangan Guntur Gunawan, 48, dan Neneng Rohayatin itu gak sholat tarawih. "Saya bingung mau Tarawih bareng ibu-ibu atau ke masjid sama bapak- bapak," kata Nia kepada Sukarsih, yang minta supaya hal itu dirahasiakan dari orangtuanya. "Emangnya kenapa?" tanya sang bibi. "Saya punya...," jawab Nia singkat.
Sukarsih yang mendengar jawaban itu hanya terbengong. Dia tidak percaya. Apalagi Sukarsih sering memandikan Nia dan dia meyakini kalau keponakannya itu seorang perempuan. Yang membedakan adalah, Nia memang berperilaku tomboi dan suka bermain bola dan permainan anak lelaki lainnya.
Sukarsih membawa Nia ke Puskesmas Cipondoh untuk diperiksa. Hasil diagnosa sementara Nia memang dinyatakan laki-laki. Namun puskesmas menganjurkan supaya Nia diperiksa ke RSUD Tangerang. Selanjutnya, Nia dibawa ke RSUD Tangerang dan hasilnya sama. RSUD pun merekomendasikan agar Nia diperiksa di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Di RSCM, kelamin Nia di USG. Hasil pemeriksaan keluar pada hari Sabtu (6/9), yang menyebutkan Nia memiliki penis sepanjang 3 cm, testis positif dengan volume 6 ml. Namun, saat Sukarsih meminta pihak RSCM untuk mengeluarkan surat pernyataan kelamin Nia adalah laki-laki, pihak rumah sakit menyatakan harus melakukan pemeriksaan kromosom yang memakan biaya sekira Rp 2,5 juta.
Keluarga Nia termasuk keluarga kurang mampu sehingga tidak bisa menyediakan biaya sebesar itu. Akhirnya pihak keluarga memutuskan untuk menunda pemeriksaan. Kendati demikian, dengan adanya hasil USG yang menyebutkan jenis kelamin Nia adalah laki-laki, oleh orangtuanya Nia dibawa ke bengkong (tukang sunat) H Samui untuk dikhitan.
Selain itu, Nia juga dibawa konsultasi agama ke seorang tokoh agama setempat bernama H Syahroni. Sejak saat itu, nama Nia Audina pun diganti oleh Ustadz H Syahroni dengan nama baru, yaitu Nizar Ramadhan. Dengan jenis kelamin dan nama baru itu, Nizar Ramadhan memutuskan untuk pindah sekolah ke Pondoke Pesantren Al-Mubarok, Cipondoh.
Sumber: www.tribunkaltim.com
Nia yang sejak kecil dia selalu mengenakan jilbab saat sekolah, selalu merasa jika berkumpul bersama lanangö alias lelaki. Empat belas tahun silam, siswa kelas 3 SMP Muhammadiyah 4 Cipondoh, itu lahir dari rahim seorang perempuan bernama Neneng Rohayatin (45), yang dibantu seorang bidan dan dukun beranak di Cirebon, Jawa Barat. Namun, saat lahir dia memiliki kemaluan layaknya anak perempuan, tanpa penis dan buah zakar.
Perubahan kelamin di tubuh Nia ini dia rasakan pada saat saat orang-orang akan berangkat shalat tarawih. Karena adanya perubahan kelamin pada dirinya, Nia bingung apakah harus bergabung dengan jamaah laki-laki atau dengan jamaah perempuan. Apakah dia harus menggunakan mukenah atau baju koko. Akhirnya Nia memutuskan tidak berangkat Shalat Tarawih.
Sukarsih, bibi Nia heran karena keponakannya tidak sembahyang tarawih. Dia pun menanyakan alasan bungsu dari pasangan Guntur Gunawan, 48, dan Neneng Rohayatin itu gak sholat tarawih. "Saya bingung mau Tarawih bareng ibu-ibu atau ke masjid sama bapak- bapak," kata Nia kepada Sukarsih, yang minta supaya hal itu dirahasiakan dari orangtuanya. "Emangnya kenapa?" tanya sang bibi. "Saya punya...," jawab Nia singkat.
Sukarsih yang mendengar jawaban itu hanya terbengong. Dia tidak percaya. Apalagi Sukarsih sering memandikan Nia dan dia meyakini kalau keponakannya itu seorang perempuan. Yang membedakan adalah, Nia memang berperilaku tomboi dan suka bermain bola dan permainan anak lelaki lainnya.
Sukarsih membawa Nia ke Puskesmas Cipondoh untuk diperiksa. Hasil diagnosa sementara Nia memang dinyatakan laki-laki. Namun puskesmas menganjurkan supaya Nia diperiksa ke RSUD Tangerang. Selanjutnya, Nia dibawa ke RSUD Tangerang dan hasilnya sama. RSUD pun merekomendasikan agar Nia diperiksa di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Di RSCM, kelamin Nia di USG. Hasil pemeriksaan keluar pada hari Sabtu (6/9), yang menyebutkan Nia memiliki penis sepanjang 3 cm, testis positif dengan volume 6 ml. Namun, saat Sukarsih meminta pihak RSCM untuk mengeluarkan surat pernyataan kelamin Nia adalah laki-laki, pihak rumah sakit menyatakan harus melakukan pemeriksaan kromosom yang memakan biaya sekira Rp 2,5 juta.
Keluarga Nia termasuk keluarga kurang mampu sehingga tidak bisa menyediakan biaya sebesar itu. Akhirnya pihak keluarga memutuskan untuk menunda pemeriksaan. Kendati demikian, dengan adanya hasil USG yang menyebutkan jenis kelamin Nia adalah laki-laki, oleh orangtuanya Nia dibawa ke bengkong (tukang sunat) H Samui untuk dikhitan.
Selain itu, Nia juga dibawa konsultasi agama ke seorang tokoh agama setempat bernama H Syahroni. Sejak saat itu, nama Nia Audina pun diganti oleh Ustadz H Syahroni dengan nama baru, yaitu Nizar Ramadhan. Dengan jenis kelamin dan nama baru itu, Nizar Ramadhan memutuskan untuk pindah sekolah ke Pondoke Pesantren Al-Mubarok, Cipondoh.
Sumber: www.tribunkaltim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar