Para ilmuwan mempelajari mitos ini dengan mencari kaitannya dengan otak dan kesadaran manusia ketika dalam keadaan sekarat.
Dalam sebuah studi bertitel Aware (Awareness during Resuscitation), para dokter memeriksa beberapa pasien yang ada di rumah sakit di sekitar Eropa dan Amerika Selatan yang sedang dalam posisi sekarat.
“Berlawanan dengan persepsi banyak orang, kematian sebenarnya bukanlah sebuah momen spesifik,” ujar peneliti University of Southampton-Inggris, Dr Sam Parnia, yang memimpin penelitian ini, seperti dikutip dari FoxNews, Rabu (17/9/2008).
“Mitos momen ‘cahaya putih’ di saat seseorang sekarat itu sebenarnya terjadi karena jantung mulai berhenti berdetak, paru-paru mulai berhenti bekerja, dan otak berhenti berfungsi. Kondisi ini dalam dunia kedokteran dinamakan cardiac arrest, yang dari sudut pandang biologis bersinonim dengan kematian klinis,” papar Parnia lebih lanjut.
Ilmu pengetahuan sudah sejak lama berusaha mendefinisikan kematian dan menentukan kapan waktu pastinya kematian itu terjadi. Kini sebagian besar dokter beranggapan bahwa kematian adalah sebuah proses, bukan sekadar kejadian. Hal ini untuk menepis anggapan publik yang mengira bahwa kematian hanya karena jantung berhenti berdetak atau otak tak lagi berfungsi.
“Selama masa cardiac arrest, tiga kriteria kematian muncul. Selama periode waktu yang bisa berlangsung antara beberapa detik hingga sejam atau bahkan lebih ini, usaha gawat darurat medis berkemungkinan menghidupkan kembali jantung dan menghidupkan kembali seseorang yang tadinya sekarat,” jelas Parin.
“Selama periode cardiac arrest, inilah yang disebut-sebut banyak orang melihat visual yang tidak biasa dan dipahami sebagai hal-hal penanda sebelum kematian datang,” tambahnya.
Dalam penelitian sebelumnya, ditemukan sekira 10 hingga 20 persen orang yang berada dalam periode cardiac arrest bisa berpikir jernih, beralasan, dan bahkan kadang-kadang menceritakan secara detail suatu peristiwa yang pernah terjadi dalam hidupnya.
Di penelitian yang lain, dilaporkan bahwa seseorang yang mengaku merasa tenang, melihat cahaya putih, dan mengalami pengalaman melayang keluar dari tubuh ketika sekarat adalah orang-orang yang tidak bisa membedakan kenyataan dan khayal selama masa hidupnya.
Disimpulkan dari kedua penelitian berbeda tersebut, orang-orang yang melewati pengalaman sebelum atau sesudah kematian ini mengalami gejala rapid-eye movement (REM) atau tertidur dalam keadaan bangun dan sadar.
Para peneliti Aware ini bertujuan untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi selama seseorang menjalani pengalaman ‘roh keluar dari tubuh’, dan apa yang terjadi pada otak ketika tubuh seseorang mulai melemah, walaupun pada saat-saat seperti ini seseorang yang sekarat masih bisa melihat dan mendengar.
Hasil studi Aware ini dipublikasikan di sebuah simposium internasional yang berlangsung di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 11 September 2008 lalu.
courtesy: malangoke.wordpress.com
1 komentar:
Hmm....ngomongin kematian selalu bikin aku takut....nggak siap rasanya...
(http://anied.tehobenk.com)
Posting Komentar