Bulan puasa timun suri (Cucumis sativus) muncul. Di luar bulan seperti ini, timun suri lenyap. Petani memang sengaja menanam timun suri sekitar dua sampai tiga bulan sebelum bulan puasa. Beruntunglah akhir-akhir ini kita jarang diguyur hujan. Pada musim seperti sekarang ini, menanam timun suri jauh lebih menguntungkan daripada menanam padi (apalagi padi yang letoy!).
Sebenarnya timun suri bisa ditanam kapan saja asal cuaca mendukung. Tapi, timun jenis ini tidak menarik perhatian orang di luar bulan puasa. Siapa sih yang peduli dengan timun suri saat mereka sedang tidak haus? Inilah sebabnya mengapa para petani menyiapkan lahannya sekitar 90 hari menjelang puasa supaya masa panennya berbarengan dengan bulan puasa. Mereka tidak mau rugi, khan?
Akhir-akhir ini di Jalan Palmerah timun suri melimpah. Sepanjang jalan dipenuhi oleh orang yang berjualan timun suri. Daging buahnya yang lunak, aromanya yang harum sangat cocok jika dicampur dengan manisnya sirup merah dan es batu yang dingin. Wuiihhh, sueger tenan. Eits, membayangkan saja sudah bikin ngiler, ya?
Tahukan Anda bagaimana cara petani kita memanen timun suri? Apakah seperti dalam foto di bawah ini?
Apakah cara memanennya seperti itu? Tentu saja tidak. Cara memanen timun suri di sini ya dengan cara tradisional. Pungut saja satu per satu, masukkan ke dalam kantong dan bawa ke pasar.
Foto di atas adalah cara orang Belarusia memanen timun. Sebuah traktor berjalan di tengah kebun timun. Kendaraan ini membawa sekitar 10 orang di sisi kanan dan kiri. Mereka tengkurap sambil memetik buah timun yang sudah masak kemudian meletakkannya di ban berjalan dan mengirimkannya ke pusat penyimpanan.cousrtesy: jalansutera.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar